Langsung ke konten utama

PUISI

 76 TAHUN SEKARANG, LEBIH GEMILANG NANTI

Dwi Pratiwi

 

Bocah-bocah ceria yang bercengkrama di sana,

Tahukah mereka akan corona yang melanda?

Mereka pasti tahu dengan kekuatan akalnya

Harus belajar sepanjang  waktu di rumah saja

 

Remaja-remaja ramai bercakap di media soSial

Ada rindu menguar kembali belajar di sekolah

Foto dan video kenangan bertebaran di unggah

Telah lama tidak bertemu teman di sekolah

 

Mahasiswa tentu lebih tahan dengan dewasanya

Tetap fokus dan ikuti belajar daring untuk lulus

Selalu dekat dan berada dengan gadgetnya

Belajar dan berjuang untuk selesaikan tugasnya

 

Indonesia harus tangguh untuk dapat tumbuh hebat

Dengan generasi Z yang akan menjadi motor terdepan

Generasi emas yang mengukir gemilang bangsa

Mengapai kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya.


Sukabumi, 30 July 2021

Komentar

  1. Kaya kata-kata puitis ya Mom.
    Aku masih harus banyak belajar

    BalasHapus
  2. Pemilihan diksinya...indahnyoooo🥰

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Masih belajar juga, dan meraba-raba apa yang bisa dilakukan. Semoga semakin baik.

    BalasHapus
  5. Pemilihan diksi nya luar biasa., Jauh hebat dari saya.
    Sukses selalu Bu Dwi
    Lanjutkeeeennnnn

    BalasHapus
  6. bagus banget ibu, semangat bikin puisinya!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Pertemuan Ke-8

RESUME PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI Pertemuan                 : ke-8 Gelombang                : 20 Hari, tanggal              : Rabu, 28 Juli 2021 Waktu                         : 19.00 s.d. selesai Moderator                  : Mr. Bams Nara sumber             : Thamrin Dahlan,SKM, M.Si. Tema                           : Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan   Bismillahirrahmanirrahim, Tema pelatihan menulis hari Rabu malam ini meminta perhatian lebih karena ingin memahami makna di dalamnya. Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan. Baiklah, akan lebih bermakna mengikuti slide demi slide yang dihantarkan tema kali ini.   Melihat langit malam tak berbintang Tidak, itu tidak melahirkan sedih di hati Meskipun jarak antara kita terbentang Tidakkah kita satu dalam perjumpaan ini?     Tidak seperti biasa, hari ini merupakan hari yang special karena peserta berkesempatan untuk dapat mempelajari materi dulu sebelum pelatihan menulis pertemuan ke-8 dimulai. Sesu

Resume Pertemuan ke-28

  Gelombang   : 20 Hari, tanggal : Senin, 13 September 2021 Waktu          : 19.00 s.d. selesai Moderator    : Ms. Phia Narasumber : Mudafiatun Isriyah Tema           : Pengalaman Menang Penghargaan Buku dari Perpusnas   Kebersamaan dalam Kelas Belajar menulis membuat kekuatan dalam mengeluarkan gagasan dari pikiran menjadi tulisan. Didukung dengan semangat yang senantiasa dikumandangkan oleh OmJay “Menulis setiap hari dan lihat apa yang terjadi. Dapat kita lihat dari pergerakan anggota grup yang mengirim resume melalui link blognya masing-masing setelah kelas menulis berakhir. Semangat untuk menjadi yang pertama pun menggelora, yang ditunjukkan dengan jumlah link yang dikirim secara bersamaan. Asal mula terbentuknya Grup F1. Di samping itu, beberapa anggota sudah menunjukan konsistensinya dalam menulis. Menikmati bacaan yang beragam, menambah wawasan dan motivasi. Hari ini akan mengungkap pengalaman pemenang penghargaan buku dari Puspesnas. Selepas Maghrib flyer pun hadir mengin

Tempe Goreng

Jam di dinding sudah menunjukkan jam 1 siang, di dapur tampak Mama dan Tiwi sibuk menyiapkan makan siang spesial buat keluarga Om Rafly yang baru tiba di Indonesia kemarin. Di luar terdengar celoteh dan gelak para bocil terdengar. Anak-anak memang kuat, Rio dan Dimas tak lelah berkejaran dengan Salwa dan Andre. Sementara itu, Kakek dan Nenek berbincang dengan Om Rafly dan Tante Rina. Om Rafly kangen tempe, katanya. Selalu begitu, sehingga tanpa diminta pun tempe goreng menjadi bagian dari menu yang disiapkan untuk makan siang hari ini. Om bilang. Pernah juga sih beberapa kali membeli tempe di sana. Tetapi, rasanya akan berbeda bila dinikmati bersama keluarga di tanah air. Tiwi teringat sepenggal kisah tentang Khoirul Azzam terdapat dalam buku “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman. Ketika Azzam bercakap-cakap dengan Pak Ali. “Ayah saya wafat saat saya baru satu tahun kuliah di Mesir. Saya punya tiga adik. Semuanya perempuan. Saya tidak ingin pulang dan putus kuliah di tengah jala