Langsung ke konten utama

Resume Pertemuan Ke-8

RESUME

PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI

Pertemuan                : ke-8

Gelombang               : 20

Hari, tanggal             : Rabu, 28 Juli 2021

Waktu                        : 19.00 s.d. selesai

Moderator                 : Mr. Bams

Nara sumber            : Thamrin Dahlan,SKM, M.Si.

Tema                          : Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Tema pelatihan menulis hari Rabu malam ini meminta perhatian lebih karena ingin memahami makna di dalamnya. Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan. Baiklah, akan lebih bermakna mengikuti slide demi slide yang dihantarkan tema kali ini.

 
Melihat langit malam tak berbintang
Tidak, itu tidak melahirkan sedih di hati
Meskipun jarak antara kita terbentang
Tidakkah kita satu dalam perjumpaan ini?

  

Tidak seperti biasa, hari ini merupakan hari yang special karena peserta berkesempatan untuk dapat mempelajari materi dulu sebelum pelatihan menulis pertemuan ke-8 dimulai. Sesuatu yang mengingatkan bahwa kita harus membuat perencanaan atau persiapan yang matang sebelum mengajar dan memberikan materi terlebih dahulu agar siswa siap menghadapi pelajaran.

Pukul 19.04 Mr.Bams membuka pertemuan dengan salam dan perasaan yang bahagia dapat kembali belajar dan menyimak materi dengan pernyataan khasnya agar peserta bersiap dan tidak lupa untuk menebarkan senyum terbaik.

Tampilan CV narasumber disajikan dan moderator mempersilakan Pak H. Thamrin untuk memberikan pengantarnya dan dilanjukan dengan diskusi.

Narasumber dengan ramah menyapa dan berterima kasih diberi kesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman literasi.

Karena materi sudah disampaikan satu jam sebelumnya, maka pertemuan ini langsung fokus pada diskusi mengenai topik hari ini “Buku Muara Tulisan dan Buku adalah Mahkota Penulis”.

Kemudahan-kemudahan yang disebabkan oleh kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan juga oleh peserta dalan menerbitkan buku,karena banyak sekali kemudahan untuk itu. Satukan tulisan-tulisan yang terpisah dan kumpulkan untuk menjadi buku.

Jawaban kebingungan saya ketika membaca tema pelatihan pertemuan ini terjawab dari maksud “Buku adalah Muara Tulisan”. Di sini ada penjelasan singkat tapi sangat dapat dipahami bahwa “ Tulisan nan terserak jangan dibiarkan begitu saja. segera kumpulkan dan kirim ke Penerbit”.

Menulis dan menerbitkan tidaklah sulit menurut Pak H. THamrin. Menulislah dari hal yang disukai, dipahami, disenangi, yang berhubungan dengan pekerjaan, lingkungan, keluarga, teman dan apa saja.

Narasumber, Pak H.Thamrin, membuktikan bahwa menerbitkan buku tidak sulit dan mahal. Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) telah menerbitkan buku ber ISBN (International Standard Book Number) sebanyak 232 Judul sejak 19 Agustus 2020.  Sebagian besar adalah buku karya guru di Indonesia.

Menerbitkan karya bermakna meninggalkan catatan, meninggalkan kenangan dengan tercantumnama di cover depan sebuah atau beberapa buku. Buku ber ISBN adalah tanda keabadian bukti seorang manusia pernah hadir di muka bumi  ini.  Buku tersimpan aman dan rapi di Perpustakaan Nasional

Diskusi dimulai dengan fokus pada minat dan kebutuhan guru dalam menerbitkan karya yang dimiliki.

Menjawab pertanyaan pertama P.H.Thamrin menyampaikan bahwa di dunia ini hanya ada 2 profesi peradaban.  Profesi tersebut adalah Guru dan Penulis. Alasan logisnya profesi Peradaban karena Guru dan Penulis adalah pekerjaan mulia yang memberikan pengabdiannya untuk masa kini dan masa depan.  Pekerjaan guru berbekas, atau istilah sekarang ada rekam jejak (track record) Anda akan dikenang sepanjang masa dan jasa / pahala pengabdian terus mengalir bersebau karya anda berupa BUKU.

Langkah awal menerbitkan buku di YPTD mengirim naskah buku ke email thamrindahlan@gmail.com.  Kemudian YPTD akan memproses pengusulan ISBN ke Perpustakaan Nasional.  Selanjutnya Proses editing, cover, layout. Terakhir  cetak buku maka terbit buku sebagai Mahokta seorang Penulis.

Pertanyaan kedua tentang kelayakan mendapat ISBN, biaya standar penerbitan buku dan pernerbitan Indie.

Jawab: Pada dasarnya semua naskah buku bisa mendapatkan ISBN. Paling tidak sesuai ketentuan UNESCO, yaitu jumlah halaman 80 dan buku orisinil karya sendiri.  YPTD memiliki standar Ukuran Buku A5, Font 12 TNR, spasi 1.5 margin 1.5;1;1:1.  halaman minimal 150

Rerata biaya cetak buku standard YPRD Rp. 50.000 per exp. Penulis memiliki master buku berupa softcopy buku sehingga bisa memperbanyak buku dimana saja.  Pada Prinsipnya YPTD adalah Yayasan non profit, mewakafkan diri membantu teman teman Penulis menerbitkan buku Ber ISBN.

Menanggapi pertanyaan tentang transformasi buku cetak menjadi buku digital atau elektronik dan nasib buku setalah cetak, Pak H. Thamrin menjawab bahwa Buku Digital adalah tuntutan zaman. Perpustakaan Nasional memfasilitasi penerbitam buku digital (E Book) dengan ISBN Khusus. Buku cetak tetap akan abadi digunakan para pembaca.  Kelemahan buku digital tergantung pada energi berupa listrik dan snyal.  Tampaknya lebih nikmat membaca buku  memegang kitab yang bisa dilakukan dimana dan kapan saja.  Sistem pemasaran buku cetak berdasarkan pengalaman teman teman YPTD melalui jaringan komunitas via WAG atau sosial media lainnya. Bisa juga menggunakan jasa promosi lainnya. Salam Literasi.

Seperti biasa pertanyaan pun mengalir dan mendapat jawaban singkat dan jelas dari narasumber. Semoga kita dapat konsisten dalam menulis seperti tips berikut

1.       Niat menulis untuk berbagi kebaikan.

2.      Inspirasi menulis ada disekitar kita. 

3.      Tulislah apa yang kita pahami,

4.      Tulislah apa yang kita alami,

5.      Tulislah sepenuh hati. 

Pada dasarnya jenis tulisan itu ada 3

1.       Reportase/liputam/laporan.

2.      Opini berupa artikel membahas permasalahan aktual.

3.      Fiksi berupa Cerpen,, Puisi  dan Pantun.

 

Motto 3 Pena : Penasehat, Penakawan dan Penasaran .

Thamrin Dahlan, SKM, M.Si.

 

"Jangan pernah tinggalkan tulisan terbengkalai"

(Ketika anda sudah menulis, selesaikan, selesaikan)

Thamrin Dahlan, SKM, M.Si.


Bunda pergi menanam pohon manggis
Buku menjadi mahkotanya para penulis
 
Kakak jatuhkan titian hindari paku
Kita  jadikan tulisan menjadi buku

 

Sukabumi, 28 Juli 2021

Dwi Pratiwi

Komentar

  1. Resume nya rapi selalu dengan pantun yang menggoda ide, semangat ibuu .

    BalasHapus
  2. Woow..,.terangkum lengkap dengan uraian rapi.pantun pun terangkai indah. ....keren Bu Dwi ,👍

    BalasHapus
  3. komplitt bund,dan pantunnya yang bikin kangen😘👍

    BalasHapus
  4. bu dwi..tersusun jelas, rapi..sang juara

    BalasHapus
  5. Lengkap, rapiii, dgn gaya yg khas... pantunya bun ...👍👍👍

    BalasHapus
  6. Mari bukukan karya kita. Salam literasi

    BalasHapus
  7. Isian yang komplit tak tercecer sedikit pun

    BalasHapus
  8. mantap jiwa bu... rapi dan komplit..

    BalasHapus
  9. lengkap bu. Terlambat mampir disini

    BalasHapus
  10. Warna teks lebih hidup dan isi materi sangat lengkap Mom

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Pertemuan ke-28

  Gelombang   : 20 Hari, tanggal : Senin, 13 September 2021 Waktu          : 19.00 s.d. selesai Moderator    : Ms. Phia Narasumber : Mudafiatun Isriyah Tema           : Pengalaman Menang Penghargaan Buku dari Perpusnas   Kebersamaan dalam Kelas Belajar menulis membuat kekuatan dalam mengeluarkan gagasan dari pikiran menjadi tulisan. Didukung dengan semangat yang senantiasa dikumandangkan oleh OmJay “Menulis setiap hari dan lihat apa yang terjadi. Dapat kita lihat dari pergerakan anggota grup yang mengirim resume melalui link blognya masing-masing setelah kelas menulis berakhir. Semangat untuk menjadi yang pertama pun menggelora, yang ditunjukkan dengan jumlah link yang dikirim secara bersamaan. Asal mula terbentuknya Grup F1. Di samping itu, beberapa anggota sudah menunjukan konsistensinya dalam menulis. Menikmati bacaan yang beragam, menambah wawasan dan motivasi. Hari ini akan mengungkap pengalaman pemenang penghargaan buku dari Puspesnas. Selepas Maghrib flyer pun hadir mengin

Tempe Goreng

Jam di dinding sudah menunjukkan jam 1 siang, di dapur tampak Mama dan Tiwi sibuk menyiapkan makan siang spesial buat keluarga Om Rafly yang baru tiba di Indonesia kemarin. Di luar terdengar celoteh dan gelak para bocil terdengar. Anak-anak memang kuat, Rio dan Dimas tak lelah berkejaran dengan Salwa dan Andre. Sementara itu, Kakek dan Nenek berbincang dengan Om Rafly dan Tante Rina. Om Rafly kangen tempe, katanya. Selalu begitu, sehingga tanpa diminta pun tempe goreng menjadi bagian dari menu yang disiapkan untuk makan siang hari ini. Om bilang. Pernah juga sih beberapa kali membeli tempe di sana. Tetapi, rasanya akan berbeda bila dinikmati bersama keluarga di tanah air. Tiwi teringat sepenggal kisah tentang Khoirul Azzam terdapat dalam buku “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman. Ketika Azzam bercakap-cakap dengan Pak Ali. “Ayah saya wafat saat saya baru satu tahun kuliah di Mesir. Saya punya tiga adik. Semuanya perempuan. Saya tidak ingin pulang dan putus kuliah di tengah jala