Langsung ke konten utama

Resume Pertemuan Ke-17


Gelombang               : 20

Hari, tanggal             : Rabu, 18 Agustus 2021

Waktu                      : 19.00 s.d. selesai.

Moderator                : Mr. Bams

Nara sumber            : Musiin, M.Pd.

Tema                       : Konsep Buku Non Fiksi

 

Di sebuah ruang di samping aula sedang berkumpul panitia penyelenggara Seminar Nasional dengan tema Konsep Buku Non Fiksi.

Pak Saepul menatap rekan panitia dengan tatapan optimis dan bertanya kepada Mr. Bams, "Bagaimana Pak, sudah siap?”

InsyaAllah Pak. Tadi saya sudah berbincang dengan Bu Iin narasumber kita untuk menyamakan persepsi acara kita ini".

“Bagus. Acara kita dirancang seperti talk show agar penyajiannya ringan dan peserta dapat mengikuti dengan baik dan senang,” Pak Saepul menegaskan.

"Mr. Bams semangat,” Bu Endang mendukung Mr. Bams sepenuh hati. “Semoga kegiatan kita berjalan lancar”.

"Aamiin. Mr. Bams, siap-siap. Pa Mangatur sebentar lagi memanggil Bapak untuk naik panggung,” Pak Saepul berseru.

"Baik Pak”.  Mr. Bams bersiap dan memantapkan hati.

"Baiklah hadirin sekalian kita sambut host kita malam ini Mr. Bams....". Pak Mangatur mempersilakan host untuk naik panggung.

Dengan gesit dan ceria Mr. Bams naik panggung dan mengucapkan salam kepada hadirin, dan menyapa serta berterima kasih pada Pak Mangatur yang memberikan kesempatan untuk memandu acara hari ini.

"Baiklah Bapak Ibu peserta pelatihan, langsung saja kita sambut Bu Iin. Kepada Bu Iin disilakan untuk naik ke panggung istimewa. Kita sudah tidak sabar mendengarkan materi pelajaran yang sangat berharga ini. Ayo kita beri sambutan yang meriah untuk Ibu Iin”. Tepuk tangan pun  membahana mengiringi kehadiran Bu Iin.

“Silakan Pak.” Mr. Bams mempersilakan Bu Iin untuk duduk di tempat yang disediakan.

“Baiklah hadirin sekalian. Saya akan menyampaikan biodata narasumber kita. Beliau adalah Bu Musiin, M.Pd. Biodata lengkapnya dapat dilihat pada layar. Beliau seorang yang penuh prestasi dan memiliki segudang kegiatan yang mulia”

 “Silakan Bu Iin untuk menyampaikan materi hari ini tentang “Konsep Buku Non Fiksi”.

“Terima kasih Mr. Bams. Terima kasih hadirin sekalian. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Salam sehat.  Semoga kegiatan menulis ini menjadi berkah bagi kita semua di masa pandemi Covid-19 dan menjadi penguat imun tubuh kita dan semoga ilmu yang kita peroleh malam ini bermanfaat dunia akhirat.

Ibu Iin ternyata seorang alumni kelas menulis Om Jay gelombang 8 yang juga mendapat kesempatan sekaligus tantangan menulis yang diberikan Prof. Eko. Sembilan orang berhasil menaklukan tantangan menulis Prof Eko. Buku kami telah berhasil dipajang di toko buku Gramedia secara online maupun offline. Buku karya Bu Iin berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi.

Beliau telah berhasil mengalahkan ketakutan dari diri sendiri. Ketakutan itu merendahkan potensi untuk menulis.Beliau meyakinkan pada hadirin bahwa pasti juga mampu menjadi PEMENANG  DENGAN MENERBITKAN TIDAK HANYA 1 buku namun puluhan buku. Suatu dukungan luar biasa untuk terus berjuang setelah mendapatkan judul.

Dengan singgah di Kelas Menulis OmJay Bu Iin dapat menghilangkat ketakutan-ketakutan dalam menulis. Takut tidak ada yang membaca. takut salah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan, dan merasa karya orang lain lebih bagus.

“Prof. Eko saya ibaratkan sebagai seorang Master Chef yang memberi kita banyak pilihan bahan masakan yang bisa kita olah menjadi berbagai jenis hidangan. Pilihannya ada pada diri masing-masing peserta. Bahan masakan yang disediakan Prof Eko, bisa kita peroleh di Prof EKOJI Channel. Seperti yang disampaikan Prof Eko, Bapak Ibu bisa menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita, atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Saya memiliki buku, Bapak Ibu juga memiliki buku, NAMUN buku tersebut MASIH belum lahir,” Bu Iin menjelaskan panjang lebar.

Beliau menjelaskan tentang sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para penulis pemula, judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Banyak pengalaman yang mengukir pengalaman hidup. Pilihan untuk menjadi buku atau tidak tergantung pada masing-masing individu.


Bu Iin mengingatkan untuk menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis. Ada beberapa alasan di antarnya mewariskan ilmu lewat buku, ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline, dan mengembangkan profesi sebagai seorang guru.

Kutipan terkenal dari Imam Ghazali dan Pramoedya Ananta Toer menjadi penguat Bu Iin untuk menjadi penulis.

“Bapak Ibu penulis hebat. Malam ini kita membahas buku nonfiksi. Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni Pola Hierarkis, Pola Prosedural dan Pola Klaster.” Kemudian Bu Iin menjelaskan bahwa

1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit)

Contoh: Buku Pelajaran

2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses.

Contoh: Buku Panduan

3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)

Pola yang saya pakai dalam menulis buku Literasi Digital Nusantara adalah pola ketiga yakni Pola Klaster dengan proses penulisan buku terdiri dari 5 (lima)  langkah, yakni pratulis, menulis draf, merevisi draf, menyunting naskah, dan menerbitkan.

“Baiklah akan saya jelaskan satu per satu. Yang pertama adalah pratulis. Hal yang kita lakukan dalam tahapan pratulis adalah nenentukan tema, menemukan ide, merencanakan jenis tulisan, mengumpulkan bahan tulisan, bertukar pikiran, penyusun daftar, meriset, membuat mind mapping, dan menyusun kerangka.” Bu Iin menjelaskan dengan tenang.

“Yang kedua adalah menulis draf. Dalam menulis draf kita perlu menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas, dan tidak mementingkan kesempurnaan. Lebih pada bagaimana ide dituliskan,” begitu penjelasnanya.

Langkah atau tahapan Ketiga adalah merevisi draf. Kegiatan yang dilakukan adalah merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian, dan memeriksa gambaran besar dari naskah.

Sedangkan tahapan atau langkah keempat adalah menyunting naskah (KBBI dan PUEBI). Kita harus memperhatikan ejaan, tata bahasa, diksi, data dan fakta, serta legalitas dan norma.

“KBBI online sangat membantu penulis dalam menyunting naskah,”  tutur beliau yang menginspirasi. “Langkah kelima atau terakhir adalah MENERBITKAN”.

Bu Nelly dari Banda Aceh bertanya, “Apa langkah awal pemateri agar tulisan menginspirasi pembaca?”

Bu Iin menjawab, “Seperti saya sampaikan di materi saya, berapa ratus purnama telah kita lalui, duka dan tawa telah mewarnai kehidupan kita. Seandainya kita menulis sejak kecil dan semua hal yang menginspirasi kita tulskan, berapa puluh buku yang diterbitkan. Kita awali dengan menulis sesuatu yang dekat dengan kita, yang kita kuasai dan kita cintai. Untuk yang kita cintai, pasti kita mau melakukan apa saja.”

“Jadi kita bisa mengambil sesuatu yang merupakan pengalaman terbaik kita atau orang-orang di sekitar kita menjadi tulisan yang menginspirasi”.

Berikutnya Bu Rosminiyati dari Pangkalpinang bertanya, “Bagaimana cara Ibu membagi waktu antara mengajar, bekerja sosial,  berbisnis , dan menulis?”

Bu Iin menjawab, “Ibu Ros, kita itu ibaratnya adalah seorang konduktor musik, seperti mas Adi MS. Kita akan merasakan sesuatu itu enak didengar atau sumbang karena sudah terbiasa dan bergelut dengan hal tersebut setiap hari. Semakin kita sibuk dan banyak kegiatan, kita akan sangat menghargai waktu kita dan berusaha agar iramanya enak didengar dan harmoni. Pembagian waktu tergantung diri kita, kitalah manager atas diri kita. Saya yakin dengan menjadi penulis, kita akan semakin bijaksana membagi waktu.

Bu Nur Hayati dari Yogya pun tidak mau ketinggalan bertanya, “Bagaimana cara menuangkan tema yang dipilih menjadi judul yang menarik sekaligus tren tinggi dan trik menuangkan tema/judul ke dalam kerangka/ draf yang sesuai alur, sehingga tidak keluar dari tema?”

Jawaban Bu Iin, “Bapak Joko Irawan, Direktur Penerbit Andi mengatakan sebelum menulis kita harus melihat tren yang terjadi di masyarakat. Aplikasi yang bisa digunakan untuk melihat fenomena tersebut adalah dengan menggunakan Google Trends. Google Trends menggunakan kecerdasan buatan untuk merekam apa saja yang dicari orang melalui Google, apa saja yang diberitakan di Google. Hasil analisis di Google Trends bisa menjadi dasar untuk menulis”.

Sementara untuk menjawab pertanyaan kedua dari Bu Nur, Bu Iin menjelaskan bahwa trik menuangkan tema/judul ke dalam kerangka /draf yang sesuai alur, sehingga tidak keluar dari tema adalah dengan langkah-langkah yang saya sampaikan di Pratulis.

Pak Syafruddin dari Tolitoli menanyakan tentang  apakah tulisan nonfiksi sama dengan tulisan hasil penelitian. Bu Iin menjawab  hasil penelitian merupakan salah satu tulisan nonfiksi.

 

Fiksi dan Non Fiksi

Yuk kita tulis mereka

Bisa juga salah satunya

Baik juga kalau keduanya

 

Engkau sungguh berbakat

Semoga, karya kita karya terbaik

Karya kita karya yang bermakna

Karya kita karya yang bermanfaat

 

Sukabumi, 18 Agustus 2021

Dwi Pratiwi

Komentar

  1. Naah kaan tampilan baru yang makin keren. puisi yang selalu dinanti. hebaat

    BalasHapus
  2. Tampilan blog makin menawan menjadikan resume semakin nyaman utk dibaca kapanpun. Kreatif bingit

    BalasHapus
  3. hebat ....puisinya juga bu...

    BalasHapus
  4. bu Dwi...selalu memberikan warna baru, enak dan asyik membacanya

    BalasHapus
  5. Next pak D Momo kayaknya...keren bingitss bund😘👍👍👍

    BalasHapus
  6. Puisinya menarik hati ...❤️

    BalasHapus
  7. Ramuan fiksi dan puisi .tampilan elegan .wuih...menarik bacanya.

    BalasHapus
  8. Luar biasa dapat mencuri hati pembaca

    BalasHapus
  9. keren bgt buu... ala fiksinya selalu bikin greget

    BalasHapus
  10. Lanjutkan Mom ...mantul untuk dibaca

    BalasHapus
  11. Cantik sekali buk, mengalir..saya menikmati.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Revisi Karya Penulis

BERSAMA PENULIS PUISI DAN CERPEN SMA NEGERI 4 SUKABUMI (Belajar merevisi karya)   Pada hari Kamis dan Jumat tanggal 30 September dan 1 Oktober 2021 50 penulis puisi dan 50 penulis cerpen SMAN 4 Sukabumi berkumpul untuk membaca kembali karya yang dibuat oleh penulis yang bersangkutan. Kegiatan dibagi menjadi 5 sesi agar tidak melanggar protokol kesehatan yang berlaku. Beberapa penulis tidak hadir karena memiliki alasan. Bagi yang tidak dapat hadir penulis berkomunikasi dengan pembimbing melalui WA. Temuan-temuan dalam kegiatan ini adalah 1.       Typo kata, diperbaiki oleh penulis yang bersangkutan. 2.       Merapikan karya, dilakukan oleh penulis yang bersangkutan dengan bimbingan. 3.       Melengkapi biodata bagi penulis yang belum mencantumkan biodatanya. Semoga kegiatan ini menjadi jalan bagi mereka dalam berkarya serta memberikan pengalaman yang berharga bagi mereka. Sukabumi, 1 Oktober 2021 Dwi Pratiwi

Resume Pertemuan Ke-18

Pertemuan                 : ke-18 Gelombang                 : 20 Hari, tanggal              : Jumat, 20 Agustus 2021 Waktu                         : 19.00 s.d. selesai Moderator                 : Bu Kanjeng Nara sumber              : Yulius Roma Patandean, S.Pd. Tema                          : Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis   “Wa alaikum salam. Ya, Halo. Siap,” singkat saja kujawab deringan telepon dari teman yang sangat konsisten bertanya tentang materi yang kudapat dalam pelatihan. Hari ini Jumat, tanggal 20 Agustus 2021 merupakan pertemuan ke-18 Pelatihan Menulis PGRI untuk Gelombang 19 dan 20. Aku tergabung di gelombang 20 yang diisi oleh pejuang pencari ilmu dan celah untuk dapat menerbitkan buku yang kelak akan meramaikan literasi di tanah air.  Narasumber hari ini adalah Bapak Yulius Roma Patandean, S.Pd. yang akan didampingi Bu Kanjeng sebagai moderator. Kubuka saluran informasi kegiatan dan Bu Kanjeng sudah menyapa, ” Assalamualaikum  wr wb. Salam sejahtera  Bapak Ibu

Tempe Goreng

Jam di dinding sudah menunjukkan jam 1 siang, di dapur tampak Mama dan Tiwi sibuk menyiapkan makan siang spesial buat keluarga Om Rafly yang baru tiba di Indonesia kemarin. Di luar terdengar celoteh dan gelak para bocil terdengar. Anak-anak memang kuat, Rio dan Dimas tak lelah berkejaran dengan Salwa dan Andre. Sementara itu, Kakek dan Nenek berbincang dengan Om Rafly dan Tante Rina. Om Rafly kangen tempe, katanya. Selalu begitu, sehingga tanpa diminta pun tempe goreng menjadi bagian dari menu yang disiapkan untuk makan siang hari ini. Om bilang. Pernah juga sih beberapa kali membeli tempe di sana. Tetapi, rasanya akan berbeda bila dinikmati bersama keluarga di tanah air. Tiwi teringat sepenggal kisah tentang Khoirul Azzam terdapat dalam buku “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman. Ketika Azzam bercakap-cakap dengan Pak Ali. “Ayah saya wafat saat saya baru satu tahun kuliah di Mesir. Saya punya tiga adik. Semuanya perempuan. Saya tidak ingin pulang dan putus kuliah di tengah jala