Langsung ke konten utama

Resume 5 Versi 2

MENJADI TAMU CAK ININ

Membeli manggis dan buah duku
Mari menulis dan mencetak buku

Janganlah mama sampai pergi beli karbit sendiri
Jangan lewatkan materi mengenal penerbit Indie

***

 

Cak Inin merupakan salah satu tauladan dari peserta Pelatihan Belajar Menulis Bersama OmJay dan PGRI. Sosok yang tidak lagi muda, tetapi memiliki semangat menulis yang membara, dan membuat Cak Inin melesat menjadi penulis. Sehingga pada hari Rabu Tiwi dan Riana bertandang ke kantor Cak Inin sesuai waktu yang disepakati kemarin.

Cak Inin sudah berhasil menerbitkan buku solo, duet dan antologi, serta membantu penulis lainnya untuk menerbitkan bukunya. Cak Inin sangat suka berbagi dan mengajak untuk menulis serta menerbitkan buku.

“Assalamualaikum. Apa kabar Cak?” Riana mengucapkan salam.

“Alhamdulillah baik, Bu. Ayo, silakan duduk.” Tiwi dan Riana dipersilakan duduk di sofa di tengah ruangan Cak Inin yang cukup luas.

“Suasana ruangan yang adem dan tenang, Cak,” Tiwi memuji ruangan setelah matanya berpendar mengamati ruangan. “Dari tempat ini, berapa banyak buku yang telah lahir, Cak?” Tiwi penasaran.

“Langsung saja nih wawancaranya?” Cak Inin  tertawa.

“Maaf, Cak,” Tiwi malu.

Cak Inin menceritakan bahwa beliau mulai menulis, bahkan belajar menulis kembali setelah usia di atas 50 tahun. Tepatnya dalam usia 54 tahun. Merasa terlambat, pasti. Tetapi, berpegang pada “Tiada kata terlambat lebih baik terlambat untuk menjadi penulis. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang mau berubah ke arah kebaikan dalam segala hal dan bermanfaat bagi orang lain” memotivasi beliau untuk segera menulis.

Cak inin melanjutkan ceritanya, “Sudah puluhan tahun menulis dan ingin menerbitkan buku, tetapi selalu ada pertanyaan dalam hati bagaimana caranya. Saya tidak tahu caranya. Tetapi, yakin pada pepatah “Dimana ada kemauan di situ ada jalan” dan “Man Jadda WaJadda: Siapa yang Bersungguh-sungguh pasti berhasil” menjadi kekuatan. Menjadi pintu terwujudnya cita-cita.”

“Cak, sesuai dengan yang disampaikan waktu telepon beberapa hari lalu, kami ingin mengetahui lebih banyak tentang penerbit Indie. Apa sih yang dimaksud dengan penerbit Indie?" Riana mengajukan pertanyaan utama dari perbincangan ini.

“Sebelum saya menjelaskan tentang Penerbit Indie, saya ngin menjelaskan dulu tentang hal penting yang berhubungan dengan proses penulisan buku dulu. Karena, ini sanat penting,” kata Cak Inin.

 Cak Inin pun kemudian menjelaskan bahwa untuk terlatih menulis diperlukan ketekunan dan perjuangan. Diperlukan juga tekad dan motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis. Berikut kutipan-kutipan yang pemberi motivasi dalam menulis:


"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak".

- Ali bin Abi Thalib 

       "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis".

 - Imam Al-Ghazali

 

 “Sekarang akan saya jelaskan dua poin penting dalam menerbitkan buku. Yang pertama adalah pahami cara menulis, dan yang kedua adalah tentang penerbit buku.” Kemudian Cak Inin menerangkan poin-poin tersebut. Tiwi dan Riana memperhatikan penjelasan Cak Inin dengan penuh perhatian.

Poin pertama adalah memahami proses penulisan buku. Ada beberapa tahapan dalam menulis buku, yaitu

1.  Prewriting

Dalam tahap penulis mencari ide yang akan ditulis dengan peka terhadap sekitar. Penulis juga harus kreatif menangkap fenomena yang terjadi di sekitar. Banyak membaca buku merupakan salah satu keharusan untuk meningkatkan wawasan.

2.  Drafting

Penulis mulai menulis naskah buku sesuai yang dengan apa yang ide sukai. Boleh menulis artikel, cerpen, puisi, novel dan sebagainya. 

3.  Revising

Setelah naskah selesai maka lakukan revisi naskah. Merevisi tulisan mana yang baik dicantumkan, naskah mana yang perlu dibuang,   naskah mana yang perlu ditambahkan. 

4.  Editing

Setelah naskah kita revisi maka masuk tahapan editting. Penulis melakukan pengeditan untuk memperbaiki berbagai kesalahan tanda baca, kesalahan pada kalimat. Tahap ini boleh dikatakan sebagai "swasunting" yaitu menyunting tulisan sendiri sebelum masuk penerbit, berusaha meminimalkan kesalahan. Penulis dituntut untuk memiliki kemampuan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EBBI.

5.  Publikasi 

Ketika sudah yakin dengan naskah buku yang dibuat maka Anda memasuki tahap publikasi atau penerbitan buku.

“Seperti yang ditanyakan Bu Tiwi tadi tentang Penerbit Indie. Ini poin kedua dalam proses menerbitkan buku, yaitu pemilihan  penerbit buku. Penerbit Indie adalah salah satu pilihan.” Jelas Cak Inin.

Lalu, Cak ini menjelaskan, “Memilih penerbit merupakan hal yang penting. Sebelum memutuskan kemana naskah kita akan berlabuh, kita pelajari perbedaan antara Penerbit Mayor dan Penerbit Minor atau Penerbit Indie. Tetapi sekarang, saya akan fokus pada perbedaan kedua jenis penerbit tersebut, dengan mengetahui perbedaan antara Penerbit Mayor dan Penerbit Indie akan mempermudah kita dalam mengambil keputusan.”

“Untuk menjawab pertanyaan Bu Tiwi tadi, mari kita lihat perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie. Penerbit Mayor memiiki karakterisitik sebagai berikut: 1) Buku dicetak masal, minimal 3.000 eksemplar atau minimal 1.000 eksemplar untuk dijual di took buku; 2)Penerbit mayor memiliki syarat yang ketat karena harus mempertimbangkan selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan; 3) Penerbit mayor lebih profesional dengan banyaknya dukungan SDM; 4) Pada umumnya proses penerbitan lebih lama karena proses dan daftar antrian; 5) Maksimal 10% royalty dari total penjualan dan dikirimkan seteah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku; dan 6) Biaya penerbitan gratis.” Penjelasan yang cukup panjang tentang Penerbit Mayor dari Cak Inin.

Sementara itu, Penerbit Indie memiliki karakteristis sebagai berikut.

1.  Buku dicetak sesuai pesanan atau berkala/ POD (Print on Demand)

Didistribusikan melalui media online, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup.

2.  Pemilihan naskah

Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut dapat terbitkan

3.  Profesionalitas

Penerbit indie: kami pun profesional, tapi sering disalah artikan.

4.  Waktu Penerbitan

Lebih cepat karena tidak memiliki pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku

5.  Royalti

Umumnya 15-20% dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat fb, Instagram, wa grup, Twitter

6.  Biaya penerbitan

Berbayar sesuai dengan aturan penerbit masing-masing.

Cak Inin memperkenalkan beberapa penerbit indie, di antaranya adalah .... salah astunya merupakan milik Cak Inin. Referensi untuk menerbitkan buku.

Kalimat penutup dari Cak Inin

Tiada terlambat untuk menulis dan terbitkan buku. Tulislah segera yang Anda suka, Anda dengar, Anda Lihat, Anda baca, dan Anda rasakan untuk berbagi kebaikan.

(Cak Inin, 2020).

 

Tulislah dari jejak langkah kakimu, siap tahu jadi penolongmu.

(Cak Inin, 2020). 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Revisi Karya Penulis

BERSAMA PENULIS PUISI DAN CERPEN SMA NEGERI 4 SUKABUMI (Belajar merevisi karya)   Pada hari Kamis dan Jumat tanggal 30 September dan 1 Oktober 2021 50 penulis puisi dan 50 penulis cerpen SMAN 4 Sukabumi berkumpul untuk membaca kembali karya yang dibuat oleh penulis yang bersangkutan. Kegiatan dibagi menjadi 5 sesi agar tidak melanggar protokol kesehatan yang berlaku. Beberapa penulis tidak hadir karena memiliki alasan. Bagi yang tidak dapat hadir penulis berkomunikasi dengan pembimbing melalui WA. Temuan-temuan dalam kegiatan ini adalah 1.       Typo kata, diperbaiki oleh penulis yang bersangkutan. 2.       Merapikan karya, dilakukan oleh penulis yang bersangkutan dengan bimbingan. 3.       Melengkapi biodata bagi penulis yang belum mencantumkan biodatanya. Semoga kegiatan ini menjadi jalan bagi mereka dalam berkarya serta memberikan pengalaman yang berharga bagi mereka. Sukabumi, 1 Oktober 2021 Dwi Pratiwi

Resume Pertemuan Ke-18

Pertemuan                 : ke-18 Gelombang                 : 20 Hari, tanggal              : Jumat, 20 Agustus 2021 Waktu                         : 19.00 s.d. selesai Moderator                 : Bu Kanjeng Nara sumber              : Yulius Roma Patandean, S.Pd. Tema                          : Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis   “Wa alaikum salam. Ya, Halo. Siap,” singkat saja kujawab deringan telepon dari teman yang sangat konsisten bertanya tentang materi yang kudapat dalam pelatihan. Hari ini Jumat, tanggal 20 Agustus 2021 merupakan pertemuan ke-18 Pelatihan Menulis PGRI untuk Gelombang 19 dan 20. Aku tergabung di gelombang 20 yang diisi oleh pejuang pencari ilmu dan celah untuk dapat menerbitkan buku yang kelak akan meramaikan literasi di tanah air.  Narasumber hari ini adalah Bapak Yulius Roma Patandean, S.Pd. yang akan didampingi Bu Kanjeng sebagai moderator. Kubuka saluran informasi kegiatan dan Bu Kanjeng sudah menyapa, ” Assalamualaikum  wr wb. Salam sejahtera  Bapak Ibu

Tempe Goreng

Jam di dinding sudah menunjukkan jam 1 siang, di dapur tampak Mama dan Tiwi sibuk menyiapkan makan siang spesial buat keluarga Om Rafly yang baru tiba di Indonesia kemarin. Di luar terdengar celoteh dan gelak para bocil terdengar. Anak-anak memang kuat, Rio dan Dimas tak lelah berkejaran dengan Salwa dan Andre. Sementara itu, Kakek dan Nenek berbincang dengan Om Rafly dan Tante Rina. Om Rafly kangen tempe, katanya. Selalu begitu, sehingga tanpa diminta pun tempe goreng menjadi bagian dari menu yang disiapkan untuk makan siang hari ini. Om bilang. Pernah juga sih beberapa kali membeli tempe di sana. Tetapi, rasanya akan berbeda bila dinikmati bersama keluarga di tanah air. Tiwi teringat sepenggal kisah tentang Khoirul Azzam terdapat dalam buku “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman. Ketika Azzam bercakap-cakap dengan Pak Ali. “Ayah saya wafat saat saya baru satu tahun kuliah di Mesir. Saya punya tiga adik. Semuanya perempuan. Saya tidak ingin pulang dan putus kuliah di tengah jala