Langsung ke konten utama

Resume 7 versi 2

Kisah Bu Aam, Blogger Inspiratif

 

Malam Sabtu malam yang ditunggu-tunggu

Makan liwet, ikan, lalapan dan sambel terasi

Malam-malam bertemu dengan guru-guru

Menikmati sajian Menulis Membuat Berprestasi

 


Bu Tiwi dan Bu Riana berjalan bergesas menuju gedung pertemuan. Gedung yang luas, tetapi peserta untuk kegiatan ini terbatas. Undangan sudah di tangan, tidak perlu khawatir tidak mendapat tempat, tetapi rasanya tidak baik kalau datang terlambat. Bu Tiwi dan Bu Riana memang guru-guru yang berdedikasi dan disiplin.

Bu Tiwi menyerahkan surat tugas kepada panitia dan mengisi daftar hadir lalu masuk ke gedung yang ditata rapi dan diberi jarak yang cukup sesuai dengan kelompok yang sudah dibentuk panitia. Bu Tiwi dan Bu Riana bergabung dengan Bu Endang dan Bu Winda. Tepat di sebelah kanan ada kelompok Bu Ewi, Pak Dail, Bu Asia dan Pak Saeful. Sementara, kelompok Pak Wawan AD, Ms. Phia, Bu Yanti dan Jeng Noenk ada di depan. Teman-teman yang lain pun Nampak sudah nyaman duduk dengan kelompok-kelompoknya.

“Tes… Tes. Kepada Bapak/Ibu yang masih ada di luar gedung dimohon untuk segera masuk gedung karena acara segera dimulai. Terima kasih.” Panitia menghimbau peserta untuk segera bergabung di dalam.

“Bu, Saya tidak melihat Omma Babys, padahal kemarin dia bilang mau datang,” kata Riana sambil mengedarkan pandangnya ke seluruh bagian gedung.

“Mungkin bentar lagi masuk,” jawab Tiwi santai.

“Mungkin juga, sih. Saya WA dulu aja ya.”

“Tuh, Omma Babys datang!” Bu Endang menunjuk ke arah pintu masuk.

“O iya. Omma… Sini!” Bu Riana berseru tidak terlalu keras tapi cukup terdengar oleh Omma Babys.

Omma Babys tersenyum dan menghampiri mereka dan menyapa, “Hai. Maaf, tadi mampir ke kantin dulu. Lapar.”

“Ih Omma, kok nggak ajak kita?” Bu Riana protes.

“Maaf.” Omma Babys tampak menyesal.

“Dih Omma mah serius. Canda Omma,” kata Bu Riana. “Omma tempat duduknya di situ ya? Dengan Bu Lia, Pak Mangatur dan Bu Hesty?” Tanya Bu Riana yang memang terkenal cerewet.

“Iya. Kesana dulu ya… Kita ngobrol lagi nanti.” Omma Babys pamit untuk duduk dengan kelompoknya.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” Pembawa acara mengucapkan salam.

“Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,” jawab hadirin serempak.

Alhamdulillahirabbil alamin, pada kesempatan ini kita dapat berkumpul dalam rangka menuntut ilmu dengan materi “Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi” bersama Ibu Aam Nurhasanah dan Ibu Maesaroh. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Junjungan alam, Rasulullah SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan umatnya sampai akhir jaman. Mari kita sambut Bu Aam dan Bu May. Kepada Bu Aam dan Bu May disilakan menempati tempat yang disediakan.”

“Terima kasih Bu Aam dan Bu May yang sudah dapat hadir di tempat ini untuk berbagi pengalaman di bidang menulis. Untuk berikutnya saya persilakan Bu May untuk memandu acaranya.”

“Terima kasih Mr. Bams.” Bu May menerima estafet dari Mr. Bams untuk memandu acara hari ini. Bu May pun mengucapsalam dan menyapa semua hadirin yang sudah ada di gedung ini. Dengan wajah yang ceria Bu May mengungkapkan rasa senang dapat berkumpul dengan guru-guru yang memiliki semangat menulis yang mulai membara. Semoga membara terus, begitu kata Bu May.

“Baiklah, hadirin semuanya. Bu Aam sudah hadir bersama kita untuk berbagi pengalaman yang sangat bermakna. Semoga kita semua dapat berhasil seperti beliau. Kepada Bu Aam saya silakan untuk menyampaikan materinya.” Dengan senyum, Bu May memberikan kesempatan kepada Bu Aam untuk berbicara dan diterima dengan senyum oleh Bu Aam.

“Terima kasih Bu May. Bu May ini adalah sahabat saya. Sahabat yang bersama-sama belajar menulis. Baiklah silakan Bapak/Ibu saksikan video pengantar yang saya siapkan.” Video itu berisi prestasi, kumpulan buku karya beliau. Setelah itu, pemaparan materi pun disajikan dalam bentuk Powerpoint dengan penjelasan yang mengalir, sehingga hadirin terlarut dalam memperhatikan penjelasan demi penjelasan yang disampaikan.

Pengalaman yang menjadi perjalanan penting yang membuat Bu Aam naik kelas dan berprestasi. Diawali dengan mengikuti kelas Omjay tergabung di gelombang 8. Beliau bersama dengan Cak Inin (Pak Mukminin), Bu Nora, Mr. Bams dan banyak peserta lainnya.

Waktu itu, Mr.Bams ketua kelas kami dipercaya Omjay bertugas sebagai moderator dan Bu Aam mulai mengagumi profesi moderator, dan membayangkan bisa menjadi moderator kelas menulis Omjay.

Impian sempat hilang karena tidak lulus yang disebabkan tidak fokus dan bingung dengan tugas membuat resume yang baik. Beliau ditinggalkan Cak Inin, Bu Nora, dan Mr. Bams.

Kemudian memupuk kembali kepercayaan diri, dan mengobaran semangat yang berapi dengan kembali mengulang kelas di gelombang 12. Semangat menggebu-gebu, pasang langkah kaki seribu, ingin segera terbitnya buku, gabung antologi lahirlah buku pertama.

Lompatan yang luar biasa dari kegagalan pada pelatihan sebelumnya menjadi peserta yang berhasil. Mahkota pertama yang berharga, buku pertama, hadir menjadi lecutan diri untuk terbitkan buku sendiri.

Berikutnya, buku solo pertama terbit "Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat". Seperti mimpi beliau yang ingin jadi penulis buku.

“Allah mudahkan dan lancarkan jalan saya. Impian perlahan menjadi kenyataan.” Rasa syukur terpancar di wajah cerianya.

Beliau juga menceritakan bahwa beliau mendapat motivasi hebat dari Bu Kanjeng. Beliau mengatakan “Better late than never”, dan “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Biarlah tulisanmu menemui takdirnya”.


Satu demi satu buku lahir baik Antologi, duet maupun solo. Kesempatan menjadi editor pun diperoleh. Ketika ada seorang murid, Juminah, meminta beliau untuk mengedit naskahnya. Pengalaman pertama yang berharga menjadi seorang editor.

Kesempatan berikutnya mendapat tawaran menjadi editor oleh Bu Kanjeng, diikuti dengan berbagai kesempatan dalam mengembangkan diri di bidang menulis.

Dari kegagalan di gelombang 8 beliau terus belajar memompa diri untuk bisa berbagi dan bermanfaat untuk orang lain.

Kegagalan itu membuat saya dikenal dengan Bu Aam Juara 1 Lomba Blog PGRI Tingkat Nasional. Buku solo ke-3 yang isinya kumpulan 28 hari ngeblog. Saat itu semua peserta diminta menulis di blog selama 28 hari tanpa jeda. Alhamdulillah, Bu Aam keluar sebagai Juaranya. Kerja keras akan berbuah.

Bu Aam menjelaskan syarat yang dipenuhi untuk menjadi kurator adalah kita harus bisa mengajak peserta untuk membuat satu buku antologi (buku bersama). Selain itu kita harus mampu berkomunikasi dengan baik dengan peserta, dari menampung naskah dan administrasi. Sedangkan syarat menjadi editor di antaranya adalah harus menguasai PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), paham dengan fungsi tanda baca dan penggunaan huruf capital, serta mampu mengedit typo (salah ketik).

Bagian yang merupakan bagian yang penting dalam mengembangkan diri adalah memupuk semangat. Bu Aam mencari sumber inspirator dan motivator. Inspirator saya adalah Omjay yang membuat saya bisa mengenal blog dan bisa jadi juara blog. Dari Omjay saya belajar banyak ilmu. Setiap foto atau pengalaman bisa jadi buku. Sedangkan motivator saya adalah Bu Kanjeng. Orang yang mampu membangunkan kepercayaan diri saya, bahwa menulis adalah bakat yang perlu dilatih. Bu Kanjeng memberi tauladan. Beliau memulai menulis buku sejak usia 50 tahun. Dari situ saya berpikir, Bu Kanjeng saja bisa menerbitkan buku, saya pun pasti bisa.

Bu Aam juga berguru pada Cikgu Tere dalam membuat resume yang baik.

“Untuk membuat resume yang baik Cikgu Tere mengatakan untuk menggunakan Bahasa sendiri. Mengambil materi yang penting saja dan mengembangkannya dalam Bahasa sendiri. Beri sentuhan pengalaman pribadi. Resume akan menjadi lebih hidup deh,” kata Bu Aam mengungkapkan yang beliau dapat dari Cikgu Tere.

 “Menulislah agar hidupmu bermakna, menulislah agar hidupmu berwarna

Menulislah hari ini agar engkau dikenang esok hari”

(Aam Nurhasanah)

Hadirin masih terpesona dengan kisah Bu Aam, sehingga tidak menyadari Bu May menutup kegiatan dengan pembacaan hamdalah dan mengucapsalam.

Hadirin pun menggunakan kesempatan untuk berbaur, bercakap-cakap dengan rekan, dan ada yang menghampiri Bu Aam dan Bu May.

  

Komentar

  1. Hwadline nya ....resume dengan bahasa sendiri...ambil kalimat penting dan mengembangkannya. ...hi..hi..hi kesentil resume semalam deh. .

    BalasHapus
  2. Resume nya jadi tambah menarik.. Seperti nya akan ada part berikutnya ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Revisi Karya Penulis

BERSAMA PENULIS PUISI DAN CERPEN SMA NEGERI 4 SUKABUMI (Belajar merevisi karya)   Pada hari Kamis dan Jumat tanggal 30 September dan 1 Oktober 2021 50 penulis puisi dan 50 penulis cerpen SMAN 4 Sukabumi berkumpul untuk membaca kembali karya yang dibuat oleh penulis yang bersangkutan. Kegiatan dibagi menjadi 5 sesi agar tidak melanggar protokol kesehatan yang berlaku. Beberapa penulis tidak hadir karena memiliki alasan. Bagi yang tidak dapat hadir penulis berkomunikasi dengan pembimbing melalui WA. Temuan-temuan dalam kegiatan ini adalah 1.       Typo kata, diperbaiki oleh penulis yang bersangkutan. 2.       Merapikan karya, dilakukan oleh penulis yang bersangkutan dengan bimbingan. 3.       Melengkapi biodata bagi penulis yang belum mencantumkan biodatanya. Semoga kegiatan ini menjadi jalan bagi mereka dalam berkarya serta memberikan pengalaman yang berharga bagi mereka. Sukabumi, 1 Oktober 2021 Dwi Pratiwi

Resume Pertemuan Ke-18

Pertemuan                 : ke-18 Gelombang                 : 20 Hari, tanggal              : Jumat, 20 Agustus 2021 Waktu                         : 19.00 s.d. selesai Moderator                 : Bu Kanjeng Nara sumber              : Yulius Roma Patandean, S.Pd. Tema                          : Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis   “Wa alaikum salam. Ya, Halo. Siap,” singkat saja kujawab deringan telepon dari teman yang sangat konsisten bertanya tentang materi yang kudapat dalam pelatihan. Hari ini Jumat, tanggal 20 Agustus 2021 merupakan pertemuan ke-18 Pelatihan Menulis PGRI untuk Gelombang 19 dan 20. Aku tergabung di gelombang 20 yang diisi oleh pejuang pencari ilmu dan celah untuk dapat menerbitkan buku yang kelak akan meramaikan literasi di tanah air.  Narasumber hari ini adalah Bapak Yulius Roma Patandean, S.Pd. yang akan didampingi Bu Kanjeng sebagai moderator. Kubuka saluran informasi kegiatan dan Bu Kanjeng sudah menyapa, ” Assalamualaikum  wr wb. Salam sejahtera  Bapak Ibu

Tempe Goreng

Jam di dinding sudah menunjukkan jam 1 siang, di dapur tampak Mama dan Tiwi sibuk menyiapkan makan siang spesial buat keluarga Om Rafly yang baru tiba di Indonesia kemarin. Di luar terdengar celoteh dan gelak para bocil terdengar. Anak-anak memang kuat, Rio dan Dimas tak lelah berkejaran dengan Salwa dan Andre. Sementara itu, Kakek dan Nenek berbincang dengan Om Rafly dan Tante Rina. Om Rafly kangen tempe, katanya. Selalu begitu, sehingga tanpa diminta pun tempe goreng menjadi bagian dari menu yang disiapkan untuk makan siang hari ini. Om bilang. Pernah juga sih beberapa kali membeli tempe di sana. Tetapi, rasanya akan berbeda bila dinikmati bersama keluarga di tanah air. Tiwi teringat sepenggal kisah tentang Khoirul Azzam terdapat dalam buku “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman. Ketika Azzam bercakap-cakap dengan Pak Ali. “Ayah saya wafat saat saya baru satu tahun kuliah di Mesir. Saya punya tiga adik. Semuanya perempuan. Saya tidak ingin pulang dan putus kuliah di tengah jala