Langsung ke konten utama

Tamu yang Tak Kunjung Pulang

Ada beberapa kucing yang menjadi tamu rutin. Seringnya muncul di pagi, siang dan sore.

"Kucing siapa itu Dek?" pertanyaan yang selalu kutujukan pada anakku yang sedang bermain dan bercengkrama dengan Sang Tamu baru.

Dia menjawab,"Kucing yang punya rumah di sebelah situ Mah", atau "Kucingnya Adit Mah", atau bahkan "nggak tahu. Tadi dia ngikut".

"Ya, udah biar main aja. Akur ya dengan penghuni di sini. Jangan berantem", begitu kara-kata yang sering kusampaikan sambil mengusap-usap kepala dan badan kucing yang bertamu.

Selagi aman, kenapa tidak membiarkan mereka berada bersama teman yang lainnya. Hihihi, iya. Biarkan mereka bersilaturahmi.

Kucing, ya namanya juga kucing ada kalanya ingin menunjukkan "sesuatu" pada sekitarnya. Seolah berkata "Ini aku lho! Aku yang kuat, tidak takut apapun".

Ya begitu. Dia menunjukkan egonya, menggeram dan menyerang salah satu penghuni yang ada di dekatnya.

"Nggggg" serunya sambil menyerang. Keadaan pun berubah menjadi riuh kerena kucing yang lain ikut bereaksi membela saudaranya.

"Ngggeong,... grrr. Nggg ngeong".

"Dek, segera pisahin. Biar Si Jenggo di luar aja. Kasih aja makanan di sana biar aman!" Suasana pun kembali normal.

Lama kelamaan, Si Jenggo atau Si Cemot atau siapapun yang suka bertamu sudah terbiasa dengan lingkungan di rumah dan bisa menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Mereka lebih akur, walaupun kadang-kadang egonya suka muncul juga.

Sekarang Si Jenggo sudah punya tempat khusus untuk tidur dan tidak ada yang terganggu. Begitu juga Si Cemot dan Si Loreng.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Pertemuan Ke-8

RESUME PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI Pertemuan                 : ke-8 Gelombang                : 20 Hari, tanggal              : Rabu, 28 Juli 2021 Waktu                         : 19.00 s.d. selesai Moderator                  : Mr. Bams Nara sumber             : Thamrin Dahlan,SKM, M.Si. Tema                           : Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan   Bismillahirrahmanirrahim, Tema pelatihan menulis hari Rabu malam ini meminta perhatian lebih karena ingin memahami makna di dalamnya. Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan. Baiklah, akan lebih bermakna mengikuti slide demi slide yang dihantarkan tema kali ini.   Melihat langit malam tak berbintang Tidak, itu tidak melahirkan sedih di hati Meskipun jarak antara kita terbentang Tidakkah kita satu dalam perjumpaan ini?     Tidak seperti biasa, hari ini merupakan hari yang special karena peserta berkesempatan untuk dapat mempelajari materi dulu sebelum pelatihan menulis pertemuan ke-8 dimulai. Sesu

Resume Pertemuan ke-28

  Gelombang   : 20 Hari, tanggal : Senin, 13 September 2021 Waktu          : 19.00 s.d. selesai Moderator    : Ms. Phia Narasumber : Mudafiatun Isriyah Tema           : Pengalaman Menang Penghargaan Buku dari Perpusnas   Kebersamaan dalam Kelas Belajar menulis membuat kekuatan dalam mengeluarkan gagasan dari pikiran menjadi tulisan. Didukung dengan semangat yang senantiasa dikumandangkan oleh OmJay “Menulis setiap hari dan lihat apa yang terjadi. Dapat kita lihat dari pergerakan anggota grup yang mengirim resume melalui link blognya masing-masing setelah kelas menulis berakhir. Semangat untuk menjadi yang pertama pun menggelora, yang ditunjukkan dengan jumlah link yang dikirim secara bersamaan. Asal mula terbentuknya Grup F1. Di samping itu, beberapa anggota sudah menunjukan konsistensinya dalam menulis. Menikmati bacaan yang beragam, menambah wawasan dan motivasi. Hari ini akan mengungkap pengalaman pemenang penghargaan buku dari Puspesnas. Selepas Maghrib flyer pun hadir mengin

Tempe Goreng

Jam di dinding sudah menunjukkan jam 1 siang, di dapur tampak Mama dan Tiwi sibuk menyiapkan makan siang spesial buat keluarga Om Rafly yang baru tiba di Indonesia kemarin. Di luar terdengar celoteh dan gelak para bocil terdengar. Anak-anak memang kuat, Rio dan Dimas tak lelah berkejaran dengan Salwa dan Andre. Sementara itu, Kakek dan Nenek berbincang dengan Om Rafly dan Tante Rina. Om Rafly kangen tempe, katanya. Selalu begitu, sehingga tanpa diminta pun tempe goreng menjadi bagian dari menu yang disiapkan untuk makan siang hari ini. Om bilang. Pernah juga sih beberapa kali membeli tempe di sana. Tetapi, rasanya akan berbeda bila dinikmati bersama keluarga di tanah air. Tiwi teringat sepenggal kisah tentang Khoirul Azzam terdapat dalam buku “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman. Ketika Azzam bercakap-cakap dengan Pak Ali. “Ayah saya wafat saat saya baru satu tahun kuliah di Mesir. Saya punya tiga adik. Semuanya perempuan. Saya tidak ingin pulang dan putus kuliah di tengah jala