Ada beberapa kucing yang menjadi tamu rutin. Seringnya muncul di pagi, siang dan sore.
"Kucing siapa itu Dek?" pertanyaan yang selalu kutujukan pada anakku yang sedang bermain dan bercengkrama dengan Sang Tamu baru.
Dia menjawab,"Kucing yang punya rumah di sebelah situ Mah", atau "Kucingnya Adit Mah", atau bahkan "nggak tahu. Tadi dia ngikut".
"Ya, udah biar main aja. Akur ya dengan penghuni di sini. Jangan berantem", begitu kara-kata yang sering kusampaikan sambil mengusap-usap kepala dan badan kucing yang bertamu.
Selagi aman, kenapa tidak membiarkan mereka berada bersama teman yang lainnya. Hihihi, iya. Biarkan mereka bersilaturahmi.
Kucing, ya namanya juga kucing ada kalanya ingin menunjukkan "sesuatu" pada sekitarnya. Seolah berkata "Ini aku lho! Aku yang kuat, tidak takut apapun".
Ya begitu. Dia menunjukkan egonya, menggeram dan menyerang salah satu penghuni yang ada di dekatnya.
"Nggggg" serunya sambil menyerang. Keadaan pun berubah menjadi riuh kerena kucing yang lain ikut bereaksi membela saudaranya.
"Ngggeong,... grrr. Nggg ngeong".
"Dek, segera pisahin. Biar Si Jenggo di luar aja. Kasih aja makanan di sana biar aman!" Suasana pun kembali normal.
Lama kelamaan, Si Jenggo atau Si Cemot atau siapapun yang suka bertamu sudah terbiasa dengan lingkungan di rumah dan bisa menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Mereka lebih akur, walaupun kadang-kadang egonya suka muncul juga.
Sekarang Si Jenggo sudah punya tempat khusus untuk tidur dan tidak ada yang terganggu. Begitu juga Si Cemot dan Si Loreng.
Komentar
Posting Komentar