Pak Madi mengusap peluh yang mengalir di dahi dengan tangannya. Kemudian menoleh ke arah jam 4, istrinya baru saja datang. Pak Madi tersenyum. Kembali mengayunkan cangkul dengan kecepatan yang sama seperti sebelum melihat kedatangan istrinya.
Bu
Madi menghampiri, “Pak, mau makan sekarang? Biar ibu siapkan, dan sekalian mau panggil
Ujang dan Nanda?”
Pak Madi menoleh dan tersenyum, “ Bentar
lagi aja, Bu. Tanggung. Biar sampai ke ujung sana”, sahut Pak Madi sambil menunjuk
tempat yang dimaksud. Pak Madi meletakan cangkul, meregangkan tangannya dan
bersenam sebentar.
“Kalau Bapak lelah, Bapak istirahat
dulu, atau mau minum dulu?” saran Bu Madi.
“Nggak perlu, Bu. Barusan minum, tuh
cangkirnya juga masih di galengan itu”.
“Ujang! Nanda! Kalian bereskan petak itu
dulu ya. Habis itu kita makan. Tenaga masih ada kan?” Perintah Pak Madi
sekaligus menanyakan kekuatan pasukannya.
“Siap. Sedikit lagi Pak.” Ujang menjawab.
“Iya Pak. Siap. Sip. Kita siap nikmati
paket liwet istimewa made in Bu Madi.
Pasti enak, t-o-p deh. Hehehe”, Nanda memuji masakan Bu Madi
“Lagu lama kamu, Nanda. Maneh mah nanaon oge beuki. Ibu juga
tahu. Nggak usah sok muji” Bu Madi pura-pura menggerutu.
“Iya Bu bener. Manehna mah RW 06, alias REWOG. Hahaha,” Ujang tertawa gembira.
“Sarua”,
balas Nanda.
“Udah-udah. Moal beres-beres gawena mun ngobrol bae. Ibu
ke kebun sebelah dulu mau petik kacang panjang buat tambahan lalapan”. Bu Madi
pun berlalu dan membalikan badannya. Tersenyum melihat Ujang dan Nanda masih ribut
sambil mencangkul”.
Sekarang sudah mulai terik. Bu Madi segera memetik
kacang panjang, dan membersihkan di pancuran dekat dangau.
Menyajikan aneka makanan yang dibawanya dari rumah seperti gambar.
Mantaap. Makan siang di galengan.
BalasHapusYuk, ketemuan di jalur...
HapusMakan siang dengan semilir angin di galengan, menambah nafsu makan
BalasHapusIkan asin, sambal pedas dan lalapan membuat makan lagi dan lagi.
Hapusmantap imajinasinya
BalasHapusTeringat dulu pernah ikut Uwa ke sawah waktu liburan.
HapusKren bu
BalasHapus