Langsung ke konten utama

Resume Pertemuan 30


 

Gelombang     : 20
Hari, tanggal  : Jumat, 17 September 2021
Waktu             : 19.00 s.d. selesai
Moderator     : Ms. Phia
Narasumber  : Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H.
Tema              : Menulis Semudah Ceplok Telor

 

“Wi, istirahat dulu! Break dulu, makan camilannya!” Riana mengingatkan Tiwi yang masih mengetik.

“Iya nih, tanggung. Tapi, daripada makan snack gitu lebih perlu makan berat.”

“Benar juga. Lapar juga nih” Riana mengamini. “Tapi, kita belum masak dan belum belanja juga.” Keluh Riana.

“Telur masih ada, kan? Kita makan telor ceplok saja.”

***

Materi malam ini mengingatkan Tiwi dan Riana pada peristiwa sore tadi. Lapar di tengah-tengah fokus mengerjakan tugas yang harus selesai karena harus dikumpulkan besok pagi. Tiwi dan Riana berhasil menyelesaikan tugas sesaat sebelum Magrib. Jadi masih bisa untuk mengikuti pelatihan malam ini walau dengan kondisi yang lelah.

Tiwi dan Riana tidak mau melewatkan pertemuan ini karena pertemuan ini adalah penutup dari rangkaian pelatihan selama dua bulan ini. Dan, materinya pun tampak ringan “Menulis Semudah Ceplok Telor”. Ingin tahu apa yang disampaikan Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H. kita baca cerita Tiwi dan Riana.

MENULIS SEMUDAH CEPLOK TELUR, masa iya sih?”

PERTAMA, Bu Lilis mengawali memberikan penjelasan dari sebuah video. Ada 5 poin,

1.     PENSIL DIGERAKKAN OLEH TANGAN MANUSIA

Mulailah dengan berdoa sebelum menulis, sebab ada tangan Tuhan yang selalu membimbing kita ketika kita menulis. Tulisan yang diawali dengan doa, akan menghasilkan ilmu yang bersumber dari hati nurani yang bersih. Tulisan yang keluar hati akan diterima oleh hati pula oleh pembacanya serta bermanfaat banyak kepada semua umat.

2.     KETIKA PENSIL TUMPUL KITA PERLU MERUNCINGKANNYA

Dalam menulis kita akan menemui banyak kesulitan, berjumpa pada penderitaan, dan kesusahan (khususnya yang baru pertama kali menulis). Kita perlu menajamkan pikiran kita. Ketika tumpul pensil harus kita raut dahulu, jika pikiran kita buntu tak ada ide maka beristirahatlah dan tutup buku/laptop kita. Pertajam pikiran dan bacalah buku (khususnya yang berhubungan dengan tulisan kita).

3.     PENGHAPUS

Ada penghapus untuk menghapus tulisan kita, ketika kita salah menulis. Dalam hidup selalu ada kesempatan, jika kita melakukan kesalahan ada kesempatan untuk kita bertaubat. Begitu pula dalam menulis, kalau salah bisa di tipo dulu, lalu perbaiki agar menjadi baik dan sempurna.

Tapi bukan berarti nulis hapus, nulis hapus, nulis hapus. Nggak jadi-jadi dooong tulisan kita. Lalu bagaimana agar tulisan kita menjadi bagus???.... Tulis, diamkan, jika buntu ide kita. Tutup laptop, lalu simpan, rilek dulu. Lalu buka keesokan harinya untuk direvisi ulang.

4.     PENSIL YANG DIGUNAKAN UNTUK MENULIS BAGIAN DALAMNYA

Manusia dilihat dari bagian dalam hatinya (Begitupun dengan pensil, yang tajam untuk menulis adalah bagian dalamnya). Dalam menulis gunakan hati untuk menggerakkan tangan kita, sebab menulis dari hati itu akan menghasilkan karya yang luar biasa. Selain itu, menulis dari hati akan diterima oleh pembacanya dari hati pula.

5.     SETIAP TULISAN KITA AKAN BERDAMPAK

Belajar dari pensil akan selalu meninggalkan goresan (selalu ada bekas tulisan pensil untuk itu tinggalkan dampak positif dalam hidup kita). Tinggalkan jejak dalam setiap tulisan kita dengan yang baik dan memberikan inspirasi kepada setiap pembacanya

Bu Lilis menyapa kembali dan menekankan, “Mari kita simak lagi tulisan teman-teman kita dalam blog masing-masing. Menulis Semudah Ceplok Telur adalah quote saya dalam memberikan motivasi kepada setiap orang. Judul di atas adalah Quote saya dalam memberikan motovasi menulis kepada siapa saja yang memiliki cita-cita untuk menjadi penulis hebat dunia.”

Hal itu untuk menunjukkan bahwa menulis itu tidak sulit, menulis itu sangat mudah, semudah Anda membuat ceplok telur, dan  byaarr... Telur yang tadinya bulat, bisa langsung dihidangkan di meja makan. Tanpa harus ribet membuatnya/memasaknya. Mudah khan?              

KEDUA, bergabung dalam komunitas menulis. Dengan bergabung dengan komunitas seperti Komunitas Kelas Menulis OmJay, kita dapat berbagi dan saling mendukung. Bu Lilis mencontohkan salah satu blog yang dikirim anggota grup, Bu Afifah.

Pada suatu hari bu Afifah menulis di WAG. “Assalamualaikum Saya afifah, saya masih pemula. Barangkali disini ada yang seperjuangan, mungkin bisa saling mendukung untuk like dan komen tulisan pertama saya di blog : https://afifahdaily26.wordpress.com/2021/06/28/mengapa-harus-menulis/Judul tulisan itu : “Mengapa Harus Menulis?” Sebuah pesan yang ditulis oleh Nur Afifah pada tanggal 28 Juni 2021. Di sana terdapat beberapa alasan menulis, yaitu

1.       “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al-Baqarah: 282)

2.      Jagalah ilmu dengan menulis.

3.      Imam Asy-Sya’bi pernah berkata, “Apabila engkau mendengar sesuatu, maka tulislah sekali pun di tembok.”

4.      Imam Syafi’i rahimahullah juga pernah bertutur, “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang. Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja. (Diwan Asy-Syafi’i)

PERMEN No. 23 tahun 2015 menegaskan tentang Penumbuhan Budi Pekerti melalui gerakan literasi. Menulis adalah mendukung gerakan literasi.

Kalau kita berpikir apa yang kita tuliskan kemudian ragu dan banyak berpikir tanpa gerakan menulis, maka tulisan tidak akan ada.

Yang benar adalah Tuliskanlah apa yang ada dipikiran. Kita bisa membaca tulisan-tulisan teman kita, kita juga bisa membaca karya guru-guru kita dan mengambil pelajaran dari situ. Seperti Bu Lilis mencontohkan OmJay. Ada suatu kondisi yang menyebabkan OmJy lupa menulis, dan beliau membuat tulisan di blog yang berjudul “Maaf Saya Lupa Menulis”.

Dalam tulisannya OmJay berkisah bahwa beliau sedang mengikuti guru penggerak tahun 2021. Tantangan yang dirasakan bagi guru peserta “Guru Penggerak” yang paling sulit justru pada tantangan menulis setiap hari.

Bu Lilis pun mengulas jawaban peserta tentang kesulitan menulis, “Kadang masih suka ada rasa kurang percaya diri dengan tulisan sendiri. Dulu pun saya seperti ini,  saya tetap saja nulis. Nggak pusing orang bilang apa, yang penting nulis. Percaya nggak?.... Tulisan saya yang tidak percaya diri itu saya titipkan di FB saya Lilis Sutikno, lalu saya kumpulin jadi buku. Hasilnya Best Seller”

Bu Lilis merupakan sosok yang luar biasa. Semoga langkahnya selalu dimudahkan. Terima kasih, Bu. Semoga sehat selalu.

 

Sukabumi, 17 September 2021

Dwi Pratiwi

Komentar

  1. Semoga terus termotivasi untuk menulis ya Mom. Semoga selalu menginspirasiku ketika berkunjung ke Blog Bu Dwi

    BalasHapus
  2. luar biasa rapihnya. Resume singkat padat jelas dan informatif. mari terus menulis

    BalasHapus
  3. Pembuka yang grgrr..mantap singkat dan padat namun daging

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Singkat, padat, mantap selalu bun 🙏🏻🤩💕

    BalasHapus
  6. Tiwi dan Riana terus menyapa yha....walau resume sudah tak ada...buat kisah mereka berdua Bun.....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Revisi Karya Penulis

BERSAMA PENULIS PUISI DAN CERPEN SMA NEGERI 4 SUKABUMI (Belajar merevisi karya)   Pada hari Kamis dan Jumat tanggal 30 September dan 1 Oktober 2021 50 penulis puisi dan 50 penulis cerpen SMAN 4 Sukabumi berkumpul untuk membaca kembali karya yang dibuat oleh penulis yang bersangkutan. Kegiatan dibagi menjadi 5 sesi agar tidak melanggar protokol kesehatan yang berlaku. Beberapa penulis tidak hadir karena memiliki alasan. Bagi yang tidak dapat hadir penulis berkomunikasi dengan pembimbing melalui WA. Temuan-temuan dalam kegiatan ini adalah 1.       Typo kata, diperbaiki oleh penulis yang bersangkutan. 2.       Merapikan karya, dilakukan oleh penulis yang bersangkutan dengan bimbingan. 3.       Melengkapi biodata bagi penulis yang belum mencantumkan biodatanya. Semoga kegiatan ini menjadi jalan bagi mereka dalam berkarya serta memberikan pengalaman yang berharga bagi mereka. Sukabumi, 1 Oktober 2021 Dwi Pratiwi

Resume Pertemuan Ke-18

Pertemuan                 : ke-18 Gelombang                 : 20 Hari, tanggal              : Jumat, 20 Agustus 2021 Waktu                         : 19.00 s.d. selesai Moderator                 : Bu Kanjeng Nara sumber              : Yulius Roma Patandean, S.Pd. Tema                          : Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis   “Wa alaikum salam. Ya, Halo. Siap,” singkat saja kujawab deringan telepon dari teman yang sangat konsisten bertanya tentang materi yang kudapat dalam pelatihan. Hari ini Jumat, tanggal 20 Agustus 2021 merupakan pertemuan ke-18 Pelatihan Menulis PGRI untuk Gelombang 19 dan 20. Aku tergabung di gelombang 20 yang diisi oleh pejuang pencari ilmu dan celah untuk dapat menerbitkan buku yang kelak akan meramaikan literasi di tanah air.  Narasumber hari ini adalah Bapak Yulius Roma Patandean, S.Pd. yang akan didampingi Bu Kanjeng sebagai moderator. Kubuka saluran informasi kegiatan dan Bu Kanjeng sudah menyapa, ” Assalamualaikum  wr wb. Salam sejahtera  Bapak Ibu

Tempe Goreng

Jam di dinding sudah menunjukkan jam 1 siang, di dapur tampak Mama dan Tiwi sibuk menyiapkan makan siang spesial buat keluarga Om Rafly yang baru tiba di Indonesia kemarin. Di luar terdengar celoteh dan gelak para bocil terdengar. Anak-anak memang kuat, Rio dan Dimas tak lelah berkejaran dengan Salwa dan Andre. Sementara itu, Kakek dan Nenek berbincang dengan Om Rafly dan Tante Rina. Om Rafly kangen tempe, katanya. Selalu begitu, sehingga tanpa diminta pun tempe goreng menjadi bagian dari menu yang disiapkan untuk makan siang hari ini. Om bilang. Pernah juga sih beberapa kali membeli tempe di sana. Tetapi, rasanya akan berbeda bila dinikmati bersama keluarga di tanah air. Tiwi teringat sepenggal kisah tentang Khoirul Azzam terdapat dalam buku “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman. Ketika Azzam bercakap-cakap dengan Pak Ali. “Ayah saya wafat saat saya baru satu tahun kuliah di Mesir. Saya punya tiga adik. Semuanya perempuan. Saya tidak ingin pulang dan putus kuliah di tengah jala