Langsung ke konten utama

Seblak, Pedas dan Air mata

 Seblak, Pedas dan Air mata

 



Seblak sudah menjadi makanan yang umum ditemui dan digemari berbagai kalangan dengan nuansa rasa yang pedas menggigit. Antrian yang cukup panjang mengular di waktu pulang sekolah membuktikan bahwa seblak menggugah hasrat dan selera, juga di kala lelah sehabis sekolah.

Pelanggannya tentu tidak hanya pelajar di daerah itu dan sekitarnya, tetapi juga masyarakat di daerah tersebut dan sekitarnya yang mengetahui dan mendapat referensi bahwa Seblak yang dijual di pojok jalan itu sangat enak dengan aneka pilihan. Terbukti selalu ada yang menanti Seblak selesai dimasak dengan duduk di tempat yang disediakan atau berdiri di samping gerobaknya.

Mendengar kata ‘Seblak’ pasti tidak akan terlepas dari kata ‘pedas’. Seringkali ‘ekstra pedas’ malah. Pernah ada percakapan di ruang guru bahwa seblak berasal dari orang yang patah hati. Kami yang mendengarkan terkejut, “ Masa sih?”

“Saya juga tidak yakin, cuma saya pernah dengar seperti itu”. Kami pun mendengarkan penjelasannya dengan serius.

Seperti yang diketahui bahwa ‘Seblak’ merupakan makanan yang sudah ada sejak Indonesia belum merdeka, tetapi pada waktu itu belum dikenal dengan nama ‘Seblak’. Seperti teori folklore, informasi disampaikan dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi tanpa tahu siapa yang pertama kali menemukannya. Berbeda dengan jaman sekarang. Ketika seseorang menemukan sesuatu yang hebat maka segera dibuatkan hak patennya.

‘Seblak’ itu sebuah kata dalam Bahasa Sunda dari kata ‘nyeblak” artinya kaget. Suatu hari seseorang itu diputuskan kekasihnya dan merasa sedih terkenang-kenang pada pacarnya. Ketika lapar di rumahnya ada sejenis makanan yang belum tahu nama makanannya, tetapi orang-orang rumah suka dengan makanan itu. Rasa makanan itu pedas sekali.

Ketika dia memakan makanan itu, kesedihannya menjadi tangisan. “Asa nyeblak kana hate” artinya tidak enak rasa. Ada juga ungkapan “seseblakan kana hate” artinya suatu kondisi hati yang tidak nyaman. Ketika makan Seblak dia terkejut dan merasa hatinya tidak nyaman karena teringat kekasihnya.

Kaitan ‘Seblak’ dengan kesedihan adalah karena rasa yang sangat pedas dapat mengakibatkan air mata  mengalir tanpa diminta. Seseorang yang merasakan pedas yang teramat sangat akan sibuk dengan air mata dan keringat. Jadi, “seblak’ bisa dijadikan pengalihan ketika sedih dengan larut dalam kepedasan yang mengiringi kepedihan yang dirasakan.

  

Komentar

  1. Jadi kepengen makan sebal hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Resepnya ada di tulisan Ms Phia,Pak Dal dan Pak Agung

      Hapus
  2. Woow amazing ceritanya bu. Saya baru tahu jika seblak ada filosofinya hehe. Tulisan ini mengandung pengetahuan baru. Ciamiik👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, terasa lucu ya bu... Saya teringat percakapan ketika Seblak mulai booming.

      Hapus
  3. Filosofi seblak pedas.. Pengobat rindu dan sedih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya teringat juga dari sebuah novel tentang seorang yang patah hati yang makan cabe rawit banyak agar menangis dan tidak nampak patah hatinya.

      Hapus
  4. Mantaapppp Buu... Ternyata selama ini makan seblak, ada ceritanya tohhh... Ga sering² nyeblak ah takut patah hatiii 😅

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Pertemuan Ke-22

  Gelombang      : 20 Hari, tanggal  : Jumat, 27 Agustus 2021 Waktu             : 19.00 s.d. selesai Moderator     : Aam Nurhasanah Narasumber  : Dr. Imron Rosidi Tema              : Poin Buku pada Kenaikan Pangkat   Bismillahirrohmanirrohim,   Ibu-ibu pergi ke pasar Di pasar membeli duku Ibu-ibu rajin belajar Belajar menulis buku   Bapak-bapak pun membaca koran Membaca berita tentang kegiatan aparat Bapak-bapak pun tak ketinggalan Membuat buku untuk kenaikan pangkat     Satu dua tiga dan empat Bapak dan ibu sudah sepakat Membuat karya ketika sempat Berhitung untuk kenaikan pangkat   Materi pertemuan ke-22 ini mengingatkan lagi bahwa waktu kenaikan pangkat sudah tiba di sejak tahun lalu, tetapi belum memantaskan diri untuk melangkah ke ...

Resume Pertemuan Ke-20

Gelombang        : 20 Hari, tanggal      : Rabu, 25 Agustus 2021 Waktu                 : 19.00 s.d. selesai Moderator          : Maesaroh Narasumber       : Wijaya Kusumah, M.Pd. Tema                  : Darimana Ide Menulis Datang?   "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi" Jelas terlihat wajah ceria terpancar di raut Jeng Nung dan Bu Yanti di beranda rumah Jeng Nung yang sangat asri. Jeng Nung baru saja menerima paket dari Bu Ewi- Bekasi. Paket yang dari tadi ditunggu. “Buku Bu Ewi sudah terbit. Sebentar lagi buku kita. Duet maut kita,” kata Jeng Nung sambil berusaha membuka paket tanpa alat. “Ya. Buku kita masih dalam proses ISBN. Semoga lekas kelar, dan dicetak deh,” Bu Yanti menjawab sambil memperhatikan gerakan Jeng Nung yang mulai kesulitan membuka paket. “Jeng, pakai in...

Resume Pertemuan Ke-26

Pertemuan      : Ke-26 Gelombang      : 20 Hari, tanggal   : Rabu, 8 September 2021 Waktu              : 19.00 s.d. selesai Moderator      : Maesaroh Narasumber   : Dr. Ngainun Naim Tema               : Menulis itu Mudah   Gebyar Pekan Literasi Sekolah tahun 202 menghadirkan Dr. Ngainun Naim. Hari yang istimewa, Tiwi dan Riana berkesempatan berbincang dengan beliau di sela-sela acara didampingi Bu Maesaroh. “Sudah banyak buku Bapak yang diterbitkan, salah satunya adalah Menulis itu Mudah. Apa betul menulis itu mudah?” Bu Mae bertanya setelah beberapa saat melihat buku-buku karya Pak Naim. “Bukankah selama ini menulis itu sulit?” Pak Ngainun Naim menjawab agar membangun mindset bahwa menulis itu mudah dengan membuat penegasan-penegasan dalam, hati, dalam pikiran dan juga dapat d...