Kami langsung berteman sejak pertama kali bertemu, kemudian ditakdirkan terdaftar di kelas yang sama dan menjadi sahabat yang saling melengkapi satu dengan yang lain. Rima anaknya keren, cantik, pintar dan memiliki banyak akal. Dia selalu tahu bila aku dalam kondisi bete atau dalam kondisi senggol bacok, istilah Rima. Dia selalu mengatakan bahwa wajah imutku ini ibarat buku yang terbuka. "Kebaca banget". Dan itu juga jadi salah satu hiburan untuk menambah kadar beteku bila aku sedang kesal karena ada teman yang usil dan membuat suasana hatiku yang suram menjadi makin suram, dan dia bisa tertawa bahagia. "Dian, senyum dong. Mana senyum manis manjanya?" Rima mengering geli menatap wajahku lekat. Aku cemberut. "Kok malah cemberut. Yang cemberut nanti ditemani..." "Ditemani siapa?" semburku ditambah ketus level lima. "Cieee..." Rima malah menggoda. Bikes banget. Aku diam. "Ehem. Dian kok diam" Rima pura-pura memecahkan kesunyian